Dahulu di pedalaman Kalimantan ada sebuah kerajaan. Rakyat
kerajaan itu hidup dengan kemakmuran yang melimpah, tentram dan damai
karena kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang adil dan
bijaksana.
Raja mempunyai 7 orang putri, Semuanya belum bersuami. Lalu raja mengadakan sayembara. Barang siapa dapat membangun istana megah di seberang sungai maka merekalah yang akan beroleh kesempatan menjadi menantunya.
Pengumuman pun disebar ke pelosok negeri. Hasilnya luar biasa. Ada enam orang pemuda yang menyanggupi permintaan raja. Keenam pemuda itu bekerja keras siang dan malam, hasilnya luar biasa. Dalam tempo yang tidak terlalu lama berdirilah sebuah istana yang megah di seberang sungai, lengkap dengan isinya dan tanah lapang yang mengelilinginya.
Karena istana tersebut letaknya berada di seberang sungai. Raja mengadakan sayembara kembali untuk dibuatkan jembatan agar orang yang hendak ke sana tidak usah naik perahu cukup berjalan kaki saja. Namun sungguh aneh hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu tidak ada seorangpun yang menyanggupi sayembara itu.
Tiba-tiba entah darimana datangnya ada seorang nenek tua dan seekor biawak hadir di ruang persidangan.
"Hamba meminang putri Paduka untuk anak hamba."
"Apa?" teriak sang Raja kaget.
"Benar
Paduku, biarpun kami berasal dari keluarga miskin kami sanggup
mengikuti sayembara itu?" kata perempuan tua itu dengan mantap.
"Oh,
ya tidak masalah." kata Raja." sayembara ini terbuka untuk siapa saja.
Kaya miskin, tampan jelek tidak masalah, kamu tidak memandang rupa."
"Benarkah Paduka tidak mamandang rua?"
"Benar
ucapanku adalah jaminan. Pantang bagi raja menjilat ludah sendiri."
sang raj menegaskan." Tetapi perlu kau ingat bila anakmu gagal maka
akan diberi hukuman pancung!"
"Nah, anakku Kau sudah mendengar sendiri perkataan sang raj tadi."
Tak disangka biawak yang diajak bicara adalah tidak lain anaknya sendiri.
Semua orang yang berada di ruang persidangan menjadi kaget. Tidak disangka jika anak yang dimaksud perempuan tua itu adalah biawak itu. Mereka semua mengira bahwa anaknya berada di rumah.
Sepeninggal nenek tua lalu raja memanggil tujuh orang putrinya untuk diajak bermusyawarah. Masing-masing ditanya satu-satu siapa yang mau dipinang oleh seekor biawak. Enam putri menolak mentah-mentah tinggal satu orang putri yang belum menjawab yaitu si putri bungsu. Kini sang ibu permaisuri menegaskan untuk bertanya kembali. Si putri bingsu itu langsung menjawab "Ucapan raja pantang ditarik kembali. Demi kehoramatan ayahanda selaku raja negeri ini, saya sanggup menerima pinangan Biawak itu."
Permaisuri langsung jatuh pingsan karena jawaban dari
putri bungsu tersebut. Keenam putri yang lain malah terheran-heran.
Keesokan harinya semua orang kaget ternyata biawak itu sudah
menyelesaikan pekerjaannya bahkan dia mampu menyelesaikannya hanya
dalam tempo kuarng dari satu malam.
Rajapun kemudian menepati
janjinya untuk disandingkan dengan calon menantunya. Keenam pasangan
tersebut terlihat serasi kecuali hanya satu pasang saja yaitu putri
bungsu yang cantik bersanding dengan seekor biawak.
Pada saat
malam hari tiba,Keenam pasangan tersebut terdengar canda dan tawa.
Namun hanya kamar putri bungsu saja yang tidak terdengar canda ria
seperti hal yang lain. Ketika malam semakin larut Putri bungsu semakin
mengantuk, Biawak yang yang menjadi suaminya ditinggal begitu saja di
sudut kamar. Ia segera tertidur pulas. Namun di tengah malam ketika ia
terjaga, ia kaget bukan kepalang. di sampingnya telah berbaring sorang
seorang pemuda tampan.
Ia memekik sekuat-kuatnya. Para pengawal
istana segera memriksa ke dalam putri bungsu namun setelah di jumpai
tidak ada satupun yang dilihat kecuali seekor Biawak tersebut.
Lalu
semua pengawalpun pergi karena menganggap sudah aman. Namun Putri
Bungsu masih terheran-heran. Ia yakin sedang tidak bermimpi. Tapi
kemana ya perginya pemuda tampan itu.
Pada malam ketiga sebelunya
putri untuk tdak tidur pada siang harinya dengan pulas agar nanti malam
ia bisa bangun dengan pura-pura tidur nyenyak. Ternyata benar tidak
lama kemudian terasa ada benda berat merebahkan diri disampingnya.
Putri bungsu segera membalik. Benar saja pemuda yang dua malam
berturut-turut hadir di kamarnya kini malah makin berani mendekatinya.
Dengan
mata beringas putri Bungsu berkata," Hai lelaki asing ! sungguh kau
tak tahu malu, berani masuk ke kamar orang. walau suamiku seekor
binatang ia jauh lebih baik dibanding kau yang tidak tahu tatakrama !"
Habis
memaki-maki putri bungsu langsung menghunuskan pisau ke arahnya
tiba-tiba dengan mudahnya lelaki itu menagkisnya sehingga pisau itu
terlempar ke lantai. Kini sang putri malah berada didalam rangkulan
ketat si pemuda tampan.
"Sabar istriku sebenarnya aku adalah
suamimu sendiri karena waktu itu ada beberapa hal akhirnya aku dikutuk
oleh dewa senhingga menjadi seekor biawak."
Putri bungsu langsung
menganguk-angguk mendengar penuturan lelaki itu. ketika rangkulan
pemuda di lepaskan. Putri Bungsu segera melompat ke sudut kamar, di
sana ia menemukan kulit biawak. Sarungan yang biasa dimasuki suaminya
itu segera dibawa ke luar istana. Lalu dibakar sampai hangus musnah.
Lalu ia kembali ke kamarnya lagi. Di sana ia mendapati seorang perjaka
tampan yang lagi gerah, karena sarungan yang biasa dia pakai kini
hangus terbakar, selanjutnya ia pulih sedia kala.
Keajaiban itu
membuat iri keenam saudaranya. Hampir bersamaan mereka menyuruh
suaminya untuk berdagang yang jauh. Lalu mereka memelihara seekor
biawak liar di dalam kamarnya. Mereka berharap kejadian serupa yang
dialami adiknya.
Tapi apa yang terjadi? di malam pertama mereka
sudah menjerit-jerit kesakitan karena di gigit oleh biawak liar
tersebut. Akhirnya biawak itu dibuang ke sungai.
Esok harinya
mereka bersama-sama menemui adik mereka tercinta yaitu si Putri Bungsu.
Mereka merangkul adiknya dengan penuh rasa haru. Mereka sadar bahwa
adiknya itu bersuamikan Biawak bukan karena keinginan sendiri melainkan
demi berbakti dan menjaga kehormatan ayahandanya. Niat tulus itu
akhirnya membuahkan nasib yang baik dan membahagiakan Putri Bungsu.
4 comments:
raja yang bijak
numpang share yaa www.99onlinepoker.com web nya bagus !!
Terimakasih... untuk bahan bacaan anak
Apakah ini sama dengan cerita dari Jawa Joko Nyambik?
Post a Comment